Negara Indonesia adalah Negara yang kuat dengan berbagai unsur yang ada di dalamnya. Negara yang memiliki peradapan yang baik, dengan sopan-santun dan tata karma yang dapat dibanggakan. Negara Indonesia juga Negara yang berkuasa, yang dapat mengatur dan memerintah segalanya yang ada di bawah naungannya. Indonesia juga Negara yang berwibawa, yang dapat memerintah dengan adil dan bijaksana.
Sayang, mereka menjunjung panji palsu. Merah putih, Lambang Garuda, dan semboyan “Bhineka Tunggal Eka” yang seharusnya dapat menjadi pemersatu bangsa hanya menjadi lambang dan semboyan saja. Bangsa Indonesia yang masyarakatnya majemukpun sering bergelorak. Seringkali terjadi peperangan antar suku (Papua), banyaknya kelompok masyarakat yang ingin lepas dari bangsa Indonesia (GAM, RMS dll) juga banyaknya perang dingin yang tak terelakkan antar lapisan masyarakat. Semuanya itu disebabkan karena panji yang mereka junjung palsu. Merah putih, Lambang Garuda, dan juga semboyang “Bhineka Tunggal Eka” tak banyak memberikan penggaruh. Karena tidak ada bukti nyata yang menunjukan kalau Panji tersebut benar-benar dijunjung dengan baik.
Ribuan orang turun ke jalan, hampir semuanya menginginkan demokrasi benar-benar dijalankan dengan baik. Indonesia sebagai Negara yang demokratis harusnya tidak perlu menunggu rakyatnya meneriakkan demokrasi yang sebenarnya. Wajar saja gelombang demonstrasi terus berdatangan, karena demokrasi di Negara ini telah bobrok. Pemerintah tidak dapat memenuhi janjinya, para wakil rakyat yang mendapatkan kursinya dari suara rakyat seakan lupa dengan rakyat yang sebenarnya wajib untuk mereka bela. Demokrasi dari dan untuk rakyat tak berjalan dengan baik. Rakyat banyak yang menderita dan ironisnya penderitaan itu muncul dari para wakil rakyat yang mereka pilih. Mereka dengan lantang meneriakkan demokrasi benar-benar terlaksana, agar tiada lagi tangisan duka dari masyarakat yang hanya bisa terdiam dalam tekanan yang teramat sangat kuat. Dan tangisan itu makin deras manakala tanah air kita Indonesia semakin terpuruk dalam kehancuran.
Lebih Ironis lagi karena semua itu adalah “hasil karya” tangan-tangan orang yang tidak berhak dan tidak bertanggung jawab. Banyak sekali contoh yang ada di sekeliling kita. Uang Subsidi untuk rakyat malah mereka belokan untuk kepentingan pribadi oleh oknum-oknum yang bersangkutan, korupsi terjadi di mana-mana ! Selain itu masih banyak lagi hal-hal yang sangat merugikan rakyat. Mereka yang berkuasa tentunya tak merasakan penderitaan hidup ini. Mereka memakan hak-hak yang seharusnya menjadi milik rakyat. Uang rakyat dan semua yang menjadi hak rakyat mereka belokan masuk dalam asset mereka. Sedangkan rakyat kecil harus bersusah untuk mendapatkan seliter minyak tanah, rakyat kecil harus memeras keringat untuk mendapatkan kepingan rupiah yang sebenarnya tak sebanding dengan apa yang mereka lalukan. Bayangkan, disaat rakyat kecil meringis kepanasan dan kehausan karena telah berjam-jam mengantre untuk mendapatkan minyak tanah para penguasa malah dengan santainya berhura-hura dengan menggunakan uang rakyat. Apakah pantas ? Tidak. Namun para penguasa yang tak berhak itu telah dibutakan oleh nafsu dan hasrat untuk terus menggumpulkan kekayaan dengan cara apapun. Kepalsuan yang membawa derita bagi masyarakat kecil dan membawa kebahagiaan dan kepuasan yang tak terduga bagi mereka para penguasa yang telah hilang kewibawaannya dan telah menggunakan kekuasaannya untuk hal-hal yang tak berhak mereka lakukan
Sayang, mereka menjunjung panji palsu. Merah putih, Lambang Garuda, dan semboyan “Bhineka Tunggal Eka” yang seharusnya dapat menjadi pemersatu bangsa hanya menjadi lambang dan semboyan saja. Bangsa Indonesia yang masyarakatnya majemukpun sering bergelorak. Seringkali terjadi peperangan antar suku (Papua), banyaknya kelompok masyarakat yang ingin lepas dari bangsa Indonesia (GAM, RMS dll) juga banyaknya perang dingin yang tak terelakkan antar lapisan masyarakat. Semuanya itu disebabkan karena panji yang mereka junjung palsu. Merah putih, Lambang Garuda, dan juga semboyang “Bhineka Tunggal Eka” tak banyak memberikan penggaruh. Karena tidak ada bukti nyata yang menunjukan kalau Panji tersebut benar-benar dijunjung dengan baik.
Ribuan orang turun ke jalan, hampir semuanya menginginkan demokrasi benar-benar dijalankan dengan baik. Indonesia sebagai Negara yang demokratis harusnya tidak perlu menunggu rakyatnya meneriakkan demokrasi yang sebenarnya. Wajar saja gelombang demonstrasi terus berdatangan, karena demokrasi di Negara ini telah bobrok. Pemerintah tidak dapat memenuhi janjinya, para wakil rakyat yang mendapatkan kursinya dari suara rakyat seakan lupa dengan rakyat yang sebenarnya wajib untuk mereka bela. Demokrasi dari dan untuk rakyat tak berjalan dengan baik. Rakyat banyak yang menderita dan ironisnya penderitaan itu muncul dari para wakil rakyat yang mereka pilih. Mereka dengan lantang meneriakkan demokrasi benar-benar terlaksana, agar tiada lagi tangisan duka dari masyarakat yang hanya bisa terdiam dalam tekanan yang teramat sangat kuat. Dan tangisan itu makin deras manakala tanah air kita Indonesia semakin terpuruk dalam kehancuran.
Lebih Ironis lagi karena semua itu adalah “hasil karya” tangan-tangan orang yang tidak berhak dan tidak bertanggung jawab. Banyak sekali contoh yang ada di sekeliling kita. Uang Subsidi untuk rakyat malah mereka belokan untuk kepentingan pribadi oleh oknum-oknum yang bersangkutan, korupsi terjadi di mana-mana ! Selain itu masih banyak lagi hal-hal yang sangat merugikan rakyat. Mereka yang berkuasa tentunya tak merasakan penderitaan hidup ini. Mereka memakan hak-hak yang seharusnya menjadi milik rakyat. Uang rakyat dan semua yang menjadi hak rakyat mereka belokan masuk dalam asset mereka. Sedangkan rakyat kecil harus bersusah untuk mendapatkan seliter minyak tanah, rakyat kecil harus memeras keringat untuk mendapatkan kepingan rupiah yang sebenarnya tak sebanding dengan apa yang mereka lalukan. Bayangkan, disaat rakyat kecil meringis kepanasan dan kehausan karena telah berjam-jam mengantre untuk mendapatkan minyak tanah para penguasa malah dengan santainya berhura-hura dengan menggunakan uang rakyat. Apakah pantas ? Tidak. Namun para penguasa yang tak berhak itu telah dibutakan oleh nafsu dan hasrat untuk terus menggumpulkan kekayaan dengan cara apapun. Kepalsuan yang membawa derita bagi masyarakat kecil dan membawa kebahagiaan dan kepuasan yang tak terduga bagi mereka para penguasa yang telah hilang kewibawaannya dan telah menggunakan kekuasaannya untuk hal-hal yang tak berhak mereka lakukan
Komentar
Posting Komentar