Langsung ke konten utama

Taliabu Series : Awalnya mager, akhirnya kangen

Berawal dari telepon salah satu dosen di suatu siang pada Juli 2016, berakhir dengan bergabungnya aku dengan tim Universitas Gadjah Mada yang sedang melakukan kerjasama pengembangan wilayah dengan Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara. 

Lokasi Kabupaten Pulau Taliabu (Taliabu)

Ifa Meilyana Sari, 2018

Taliabu adalah kabupaten termuda di Provinsi Maluku Utara. Kabupaten ini adalah kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sula. Letaknya ada di Provinsi Maluku Utara paling barat. Zona waktunya juga seru. Taliabu menjadi lokasi pergantian wit ke wita dan aku mengalami sendiri kejadian dimana jam hpku berubah zona (ke desa sebelah suuu ganti WITA lol)


Darurat Taliabu Troops

Tim kami terdiri dari para asisten tenaga ahli sekaligus surveyor yang terdiri atas 6 laki-laki dan 5 perempuan. Sebelas orang tersebut terdiri dari tim yang mengerjakan identifikasi bencana; renstra SKPD; masterplan pendidikan; RPJMD dan penyusunan database jalan dan jembatan. Pada kegiatan ini, aku tergabung dengan tim yang melakukan identifikasi kawasan rawan bencana dan tim yang menyusun Rencana Strategis untuk SKPD di Kabupaten itu. Seperti biasa, aku menjadi yang terkecil secara umur dan badan. Hal istimewa lainnya adalah : aku belum pernah bekerja sama dengan mereka sebelumnya dan aku hanya mengenal 2 dari mereka.


Tugu Cengkeh, Ikon Kabupaten Taliabu, 2016. 

Kami berangkat terlebih dahulu dengan misi pengumpulan data. Beberapa hari kemudian dosen kami (tim ahli) menyusul untuk melakukan paparan hasil pekerjaan dan pendampingan Musrembang.  Sebenarnya awalnya aku mager untuk ikut berangkat, pertama karena Taliabu terlalu jauh dan masih masuk ke kriteria wilayah tertinggal; alasan keduanya adalah : aku takut gak punya temen disana hehe. Etapi, yaudah akhirnya berangkatlah aku. 

Perjalanan menunju Taliabu

Perjalanan dimulai dari Jogja menuju Makassar. Seperti biasa, kalau penerbangan ke timur kebanyakan malam. Kami sampai Makassar tengah malam, lalu menginap di Ibis Budget Makkasar. Kemudian paginya, kami melanjutkan perjalanan ke Luwuk Sulawesi Tengah masih dengan pesawat terbang. 


Pas kami mendarat, pesawatnya kaya ngerem mendadak gitu. Kayanya ada kambing lewat :'')

Nah, dari Luwuk ini kami melanjutkan perjalanan ke Taliabu melalui transportasi laut. Sebenarnya kami ada opsi Speedboat milik Pemkab (6-7 jam) atau Kapal (12-14 jam). Akhirnya, kami memilih menggunakan kapal penumpang saja. Meskipun lebih lama, tapi lebih aman untuk kami para bujang. Kapal yang kami naiki namanya Kapal Gracelia. Kapalnya berlayar setelah isya dan kami transit dulu di penginapan untuk menanti sang kapal berlayar. Kami sengaja milih penginapan yang mepet sama laut. Sederhana sih, tapi seru karena view-nya langsung ke Pelabuhan. Jadi nih ya, aku yang anak gunung bisa jadi anak pesisir selama setengah hari. Selain itu, kami juga takjub. Kok bisa ya Luwuk, Kota Pesisir, tapi air tawarnya seger banget dan melimpah? 


Laut di Belakang Penginapan

Sementara kami takjub dengan Luwuk (yang ternyata Kota Air), 
Mbak Fiyya big bos kami (doi sudah berkali-kali ke Taliabu), sibuk nelponin Koko Nahkoda untuk memastikan kami dapat kamar di kapal itu. Btw, Thanks ya Mbak Fiyya perjuanganya buat kami.  



Kapal Gracelia, Mbak Fiyya dan Ervita (Keliatan gak? Itu yang lagi jalan)
Mbak Fiyya, sang duta Taliabu, mewanti-wanti kami untuk bisa bertahan di kapal. Kata Mbak Fiyya, nanti kalian bangun-tidur lagi bangun- tidur lagi baru deh sampai ke Taliabu. Terus kata Mbak Fiyya, ditengah laut nanti ayunan gelombangnya luar biasa jadi siap-siap pada mabuk deh. Baiklah, akhirnya kami inisiatif minum antimo dengan dosis 2 kali lipat. Aku yang dasarnya suka tidur, langsung minum antimo 2 biji. Hasilnya? Aku cuma bangun pas shalat subuh dan liat sunrise bentar. Habis itu aku tidur lagi, sampai dibangunin pas udah sampai. Luar biasanya, kami dibangunin pas kapal udah bongkar muat (Jadi, kami dibangunin pas penumpang lain udah turun dan kapal udah sepi, mungkin 2 jam setelah kapal berlabuh). Ternyata, semuanya tidur nyenyak tanpa gangguan perjalanan. Untung kami gak overdosis antimo ya hehe tapi asli aku masih setengah sadar waktu turun dari kapal dan menginjakkan kaki pertama kalinya ke Taliabu.

Ini anak SMA diajak?

Setelah kami beres bongkar muatan (muatan survey kami banyak), kami langsung diajak makan ke...... rumah makan padang. To be honest, aku yang gak bisa makan ikan langsung sumringah ketika tau ada rumah makan padang di Taliabu, at least stok bekal abonku akan aman hehe.
Terus begitu sampai ke Rumah Makan Padang, Pak Sekretaris Daerah (Setda) Kabupaten Taliabu langsung nunjuk aku : "Ini anak SMA di bawa? kok masih kecil? Masih setengah sadar ya? Tenang, begitu kena air taliabu langsung seger kamu dek "

Baik Pak. Denger pertanyaan Bapak aja, saya langsung seger :'''')



bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I deal with IELTS

Hi, pembaca kecil-itu-oke ( masih ada yang baca gak ya ). Aku mau share pengalamanku akhirnya bisa deal with IELTS. Sejujurnya, IELTS itu salah satu ketakutan terbesarku sejak 2015. Sejak lulus S1 di tahun 2015, aku emang udah didorong buat test IELTS. Tapi anaknya baru PD dan berani tes IELTS di tahun 2018, dan Alhamdullilah , di tes IELTS pertamaku, aku dapet score yang aman.  Declaimer dulu ya, aku mau share pengalaman ini bukan buat sombong ( nilai aku mepet kok ) tapi lebih pengen memotivasi teman-teman kalau ternyata IELTS tidak sesusah dan semenakutkan itu kok. Jadi, buat yang mau ambil IELTS, selama sudah mempersiapkan dengan baik, monggo tes aja gausah takut-takut dan nunda tes sampe 2 tahun kaya aku.  Declaimer yang kedua, ini postingan bakal panjang. Jadi kalau teman-teman mau baca pengalaman the day pas ujian IELTS, silahkan scroll ke bawah yaa! Sudah ya declaimer-nya, mari kita mulai ke bahasannya.  2015 dan IELTS Jadi, aku lulus di tahun 2015...

Kuliah Kerja Nyata : Lumajang, Subunit Kesayangan, Buah Bibir, dan Overweight

Sudah hampir dua tahun berlalu dari pengalaman yang mungkin bagi sebagian mahasiswa tidak menyenangkan : Kuliah Kerja Nyata (KKN). Jika boleh berterus terang, pada saat itu aku yang sedang mengurusi Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sudah sangat pasrah mau KKN dimana. Kriteria Lokasi KKN aku cuma dua:  (kelompok) mau menerima aku tidak terlalu dekat rumah (khawatir nanti aku pulang terus) dan tidak terlalu jauh (biar kalau tiba-tiba kangen bisa kabur pulang) Awalnya aku mengincar KKN di daerah Jawa Tengah yang agak jauh dari Jogja tapi diriku selalu tertolak karena alasan asal prodi-ku dan aku telat daftar. Yaudah, trus aku tambah pasrah mau KKN dimana sampai tiba-tiba Marco dan Ulil nawarin buat join mereka KKN di Lumajang. Dan yaaa, aku langsung bilang mau dari pada nanti KKN dekat rumah. Sudah dapet kelompok KKN bukan berarti mulus ya, aku sempet mau keluar dari kelompok KKN karena aku ngerasa tidak enak dengan teman-teman anggota kelompok yang lain. Iya, waktu persiapa...